SEKEDAR SEJARAH NAMAKU
Bismillahirrahmaanirrahiim
Kuawali
tulisan ini dengan memulai menulis Bismillahirrahmanirrahiim di tulisan dan
kubaca juga dalam hati yang terdalam dan insyaallah demi mendapatkan keberkahan
dariNya, “Nya” disini adalah Allah SWT tuhanku ,penciptaku,bosku, pengabul
do’a-do’aku, pemberi segalanya yang ada padaku SEMUANYA termasuk yang ada
padamu pula yang membaca tulisan ini yang tentunya pasti sudah lebih tau
dibanding diriku yang nulis ini.
Langsung
saja Aku, saya , diriku ataupun gue ini sedang Memakai Nama Aldi Rizaldi Muis
nama yang ini adalah pemberian dari Abahku feat ibuku, Abahku adalah ayah dari
ibuku, beliau kakekku, saya manggilnya “Abah” bukan “kakek” ataupun “aki”
karena kalau manggil “kakek” harus dua kali biar lengkap jadi “kakek-kakek” dan
“Aki” pun begitu “aki-aki”. Kalo kata “abah” kurang cocok dipanggil duakali
“abah-abah” tuh kan, gak enak ah! Ya kira-kira itulah penjelasan mengenai
panggilan kakekku, kalau kepada Ayahku aku manggilnya “bapak” tapi huruf “K”nya
gak pernah ku bawa ucap, selalu yang kuucap hanya “bapa” saja. Mau manggil “Aa”
gak bisa, gak sopan! Masa ke Ayah sendiri panggil “Aa”?[1] Apalagi ke Abah , gak
bisa! Dan gak mau ah!.
Tadi
jika dilihat/dibaca dari atas saya mengatakan atau menuliskan (padahal diketik)
bahwa saya saat ini sedang memakai nama “Aldi Rizaldi Muis” karena akutuh
namanya ada 3 bahkan bisa 7 atau 8-an lah kalau ditambah dengan nama E-mail
maupun Akun Sosmed baik yang masih dipakai maupun tidak. Awalnya gue dikasih
nama “Deni Maulidin” Deni dari Desember bulan kelahiran Masehi, dan Maulidin
dari Bulan kelahiran Hijriyah serta Nama Bapakku pula Bpk.Maludin (menurut
interpretasiku atau penafsiranku) nama DM (Deni Maulidin) diberikan oleh
myMother sampai aku berumur 3 / 4 tahunan saja, karena katanya pas waktu itu di
umur segitu aku bandel, tak sopan ,proaktif “teu daek ngajedog” (gak bisa diam)
dan lain sebagainya yang pokoknya negative lah, karena waktu seumur sekian
tersebut itu sering datang banyak tamu kerumahku dan tamunya itu kawan-kawan
ayahku baik tamu yang berbentuk kerabat, tetangga, maupun yang dari kota teman
ayah bekerja, juga bisa pula bosnya. Dan pada saat tamu datang dan mulai
berbincang diruang dapur eit, diruang tamu dong! Yang diruang dapur biasanya
kompor sumbu (karena belum pakai kompor gas waktu itu), panci, wajan, seeng,
teko, bumbu-bumbu dan juga mamah (panggilan sayangku pada ibu sekaligus panggilan
bila ingin jajan) mamah yang sedang menyiapkan aneka suguhan buat tamu mulai
dari teh,kopi juga biasanya ada roti oleh-oleh dari bapakku yang bekerja di
pabriknya (pabrik roti) biasanya jadi extra capek gara-gara ngurusin tamu dan
aku yang berkelakuan kurang menyenangkan tak sopan maksudnya karena sedang ada
tamu harusnya tak boleh mengganggu. Sampai disitu munculah rencana mengganti
nama, awalnya gara-gara kelahiran adik perempuanku yang bernama “Triana
Nursafitri” , aku mau diganti nama jadi “Trijaldi Muiz”. Ini true story[2], bukan ngarang ya!
So’alnya ada sumbernya. Nah.. Ibuku tidak ujug-ujug kasih nama, beliau minta
saran dulu ke abahku yakni ayah dari ibundaku terkait nama ananda (aku) , lalu
abah memberi kesimpulan “Rizaldi Muiz” saja! Udah fix! “nama ini tidak terlalu
berat baginya dan mudah-mudahan gak badung kalo udah dikasih nama ini!” kata
abah, lalu “aamiin ya Allah!” kata ibu, sedang aku hanya diam saja karena waktu
itu difikiranku hanya ada jajan kalau melihat keluarga sedang lengkap.
Nah
waktu aku akan masuk ke SD (sekolah duar )[3], aku diajak oleh Bapak
kerumah wali kelas kelas 1 SD yaitu Bu Yani orang Sukadami yang cantik ,baik
hati dan bukan laki-laki tentunya,[4]“pak kunaon teu ka sakola’an na?”[5]
tanyaku pada myFather“kan keur libur
ayeunamah keur pre(free mungkin) ,tos samen biasana pre!’’[6]jawab
bapak. Lalu didalam ruang tamu bu Yani kami disuguhi air dan snack yang tidak
kami cicipi karena malu-malu ih,bukan malu-malu in! “Siapa namanya? baru Mau
masuk kelas 1 ? TK dulu gak?’’ tanya bu Yani pada Bapak, “Namanya Rizaldi Muiz, dipanggilnya Aldi, iya baru mau kelas 1 , tapi
gak TK dulu gapapa kan? So’alnya insyaallah baca tulisan mah sudah bisa’’
jawaban bapak pada ibu (bu Yani) .Lalu disinilah mulai ada pergeseran
nilai-nilai keaslian dari nama yang diberikan oleh Abah dan Mamah, walaupun
tidak masuk TK[7]
dulu. Segala puji benar-benar hanya bagi, untuk dan milik Allah SWT[8] saya sudah bisa membaca
dan menulis walaupun tak banyak , berkat madrosatul ula (sekolah pertama) yang
aku dapatkan dari keluarga. Baik dari bapak, kakak, abah, uwa dan tentunya ibuku
tercinta , terkasih dan tersayang yang paling utama[9].adalah Aku membaca kertas
yang ditulis oleh ibu Yani, tulisannya “Aldi Rizaldi Muis” dan dimasukan pula
ke Absen sampai Raport hingga di Izasah SD, MTs, serta SMKku nama itu pula ,
sampai saat inipun Aku dikenalnya dengan nama tersebut. Tapi tak masalah, dan
tak usah diperso’alkan ! teringat kata guruku tercinta, terbaik dan
tersegalanya[10]“biarpun nasi sudah menjadi bubur, yang
penting sekarang adalah bagaimana caranya agar kita bisa menyajikan bubur tersebut
menjadi seindah dan seenak mungkin, supaya tetap bisa dinikmati, bahkan
dijualpun Laku...laku...laku..!(echo
effect)” kuharap namaku ini jadi keberkahan bagi
pemakainya yaitu aku dan siapapun itu yang namanya sama, juga nama engkau semua
yang membaca tulisan burukku ini[11]Aamiin! Semoga dikabulkan!
Cuma saja aku merasa tak enak pada kedua orang yang berjasa telah susah payah
mencarikan nama yang sepertinya cocok untuk diriku ini.
Menurut
sumber yang bisa dipercaya dan masih ada buktinya pula,Aku si yang diberinama
Aldi Rizaldi Muis di Izasah ini dilahirkan di Kp. Krajan Desa Sukadami RT/W
012/004 Kota Purwakarta kecamatan Wanayasa kode Pos 41174 Pada Pagi-pagi
sekitar pukul setengah tujuhandikamar ortuku[12]Hari senin tanggal 04
Bulan Desember bertahun 1995 M, oleh mamah tentunya. Mamah yang tak bisa
kubalas jasanya walaupun dengan satu Bumi tambah dua planet Mars dan Jupiter
untuk membayar jasa-jasanya tak kan pernah cukup dan tak kan pernah bisa
terbalas atau terbayar. Kalau kata guruku lagi[13] “walaupun sampai belut berbulu, Mamalia bertelur, bumi dan langit menyatu,
matahari terbit dari kulon dan sampai Bumi dan isinya milikmupun kamu tak akan
pernah bisa membayar atau membalas jasa-jasa yang telah kamu dapati dari
orangtua dan guru-gurumu! Apalagi dari tuhanmu!”. Maka dari itu, sampai
saat inipun aku Cuma bisa mengucapkan “TERIMAKASIH” pada Guru, Orangtua,
keluarga (sanak family) dan seluruh teman-temanku yang amat banyak sekali
jasa-jasanya yang kudapatkan serta ilmu-ilmu, bahkan pengetahuan-pengetahuan
dari melalui pelbagai pengalaman baik menyenangkan maupun menjengkelkan. Sebab Tak ada kata lain atau benda/barang apapun
yang mampu kukasih atau kuberi pada pihak-pihak orang-orang berjasa itu semua,
hanya ucapan TERIMAKASIH saja yang mampu ku berikan sampai saat ini, dengan rasa
ikhlasdan sayang mereka padaku serta balasannya saya hanya bisa minta ke Allah
saja, semoga Allahpun selalu menyayangi semuanya baik yang kenal padaku maupun
tidak, khusus buat orang Indonesia. Umumnya untuk orang yang pernah dan sedang
ada di dunia aamiin! Lhooo.. kok semuanya? Iya semuanya saja, karena aku tak
mau ada benci meski sekecil debu ataupula bakteri , dan karena aku dari desa
Sukadami yang bermakna Penyuka kedamaian bukan permusuhan.
Ciseeng,
Bogor , 23:59 Malam minggu kemarau 14 September 2019 M
Aldi Rizaldi Muis
NIM:1516.1.005
[1] Didalam
bahasa sunda ‘Aa’ berarti ‘Kakak’ oke!
[2] Kisah
nyata (bukan kisah nyate! Kalau kisah nyate biasanya iedul adha akumah)
[3] Sekolah
dasar dong ah!
[5] Pak
kenapa gak kesekolahnnya?
[7]
Taman Kanak-anak , tempat sekolah
sebelum masuk SD. Masuk TK dulu biar
apa? Gak tau ! so’alnya diri ini tak TK dulu, dan PAUD serta Playgroup didesaku
belum ada waktu itu tahun 2002an
[8]Alhamdulillah! Alhamdulillah! Alhamdulillah!
Tahdduts binni’mah
[9] Bahkan
derajat ibu lebih tiga tingkat dibanding Ayah, kata lagu Qasidah yang ngambil dari
hadits nabi.
[10]
Segalanya dalam hal positif!
ekhemzzz
BalasHapus