Sabtu, 19 Oktober 2019

Karya-karyaan bersama Abdurrozaq Al-purwani

Saat itu pas liburan lebaran Alhamdulillah puji syukur kupanjatkan ke Allahuakbar.
Aku bisa berkumpul kembali bersama kawan seperjuangan dalam mentolab (mensearching)  ilmu sewaktu dipondok pesantren Darul Wasilah yang menjadi wasilah (perantara) bertemuku dan bertemanku dengan orang-orang baik itu. Salah satunya yakni tuan Abdurrozaq yang jago berpidato ,MC muhadoroh,MC maulid ,ulang tahun ,bahkan sampai MC di pinggir masjid yang akan dibangun yang menyediakan semacam jaring untuk dipakai tempat bila Orang akan bersodaqoh /menyumbang kan sebagian hartanya untuk pembangunan masjid kami waktu itu ,nama masjidnya At-Thoyibah kalau tak salah. Sampai pulang-pulang dari ngeMC di masjid biasanya Tuan Abdurrozaq pun membagi bila dapat sedikit rezeqi  hasil NgeMC pada kami santri-santri yang baru bangun tidur dan pasti tidur lagi setelah makan nasi maupun kuaci hi hi hi hi suara KUNTI !!!. Ini hanya sebagian kecil cerita pengalaman dipondok waktu itu saat bersama kawan yang Kebetulan di hari libur lebaran ini aku bertemu dan sempat ada Dokumen penting yang kudapat dan Tuan Abdurrozaq sendiri yang menuliskan nya, catatannya kusimpan di HP dan sekarang kumau bagi nih dibawah ya! Let's go! Yes ah!
Aku yg suruh dia bikin lirik lagu tentang kisah cintanya. 

Aku menyesal meninggalkan mu , untuk memilih dengan yang lain.
Tapi ternyata setelah ku bersama yang lain malah justru ku sadari kaulah yang kuingin.
Bukanya kau yang tak sempurna,namun ternyata akulah yang tak mampu melengkapi kesempurnaan/ kebahagiaan kita berdua.
Duluku menyangka



                       Judul
     ingin kembali bersamamu
Cipt : Abd Rozaq Al-purwanti  
   
Dulu benar aku berpaling darikau,
Lebih memilih dia yg ku cinta
Karena aku menganggapmu tak sempurna nyataku terjebak dalam bahaya prasangka.


Saat ini baru aku sadari

Hnya cintamu yg suci stulus hati 
Maafkan aku pernah mencoba pergi
Dan tak menepati janji untuk saling melengkapi.


Masih adakah sisa cinta di hatimu?, 

Yg pernah aku runtuhkan dulu,
Masih adakah harapan bagiku bersamamu?,
Membangun kembali istana cinta dalam hatimu.


Tanpamu hidupku tak menentu 

Hanya dirimu impian dan harapanku 
Karena Hanya kaulah yg sanggup meumbuahkan kembali benih benih cintaku


Lagu( religi )

Judul MemujaMu 


Gemuruh ombak gejolak api neraka

Terdengar Sebagai balasan dosa.


Setetes madu, manisnya

Membuat khilaf hingga berbuat durjana
Ya Tuhanku andaikan aku hidup kembali 
Maka niscaya akan aku sembah kau dengan segenap hati
Dunia tak sempurna tanpa memujamu..
Karena Akhirat adalah lautan dosa sebagai balasanmu..
Dan Neraka adalah lautan derita tanpa ampunanmu..




Selasa, 08 Oktober 2019

Wisuda menjelang

Malam ini pukul 20:26 Waktu Indonesia Bogor aku sedang menjabat sebagai mahasiswa semester IX di salah satu sekolah Tinggi swasta Indonesia tentunya , jurusannya Pendidikan. Di semester sembilan ini yang tersisa belum melaksanakan ujian skripsi (sidang) ada sembilan orang, dan tadinya mau wisuda tanggal sembilan pula tapi tak jadi alias Batal dikarenakan ada sembilan orang yang belum sidang, setelah tadi sore ada yang sudah sidang dari yang sembilan orang itu Lima orang tadi sore sudah sidang , sisanya ada empat orang yang di dalamnya adalah aku diantara yang empat orang itu.
Tidak terlalu resah bagiku walaupun belum sidang , karena kata pak Haji Pidi itu semua Duniawi. Yang penting sekarang aku apa ya? Ya itulah pokonya masih hidup, masih senang , punya teman, punya mantan, punya gebetan, punya kamar, dispenser, lemari, flashdisk, Twitter, facebook, Sop ige (instragam), yucub, blogger, Gmail, barusan makan sama ayam, minumnya es jeruk peras, walaupun marimas. Pokonya jangan sampai hidupku ini dipenuhi dengan keluhan dan keluhan melulu! Skripsiku dicoret-coret tiap kali pertemuan bimbingan tak jadi masalah! Kertas masih banyak di toko percetakan , printer ada punya Ustadz Fathan dan diperbolehkan, bahkan kata Pak dospem 2  (dosen pembimbang) bidang tehnik penulisan "biasa aja di kalau skripsi dicoret-coret! Kertas mah bisa ngutang kalau gak ada uang." Waaah...! Motivasi yang sangat menyejukkan!.
Tapi sempat pula diri ini bertanya pada diri sendiri Atas dasar skripsiku yang dicoret2x (dicoret-dicoret), bahwa "kenapa yang namanya bimbingan dizaman yang semaju sekarang ini bimbingan masih harus di kertas? Padahal lebih efektif dan efisien langsung di software nya saja begitu ,biar simple lah gitu , dan gak mubazir kertas yang dicoret2x yang akhirnya akan kubuang atau kubakar ujung ujungnya.
Ahhhh ini cuma sebatas keresahan belaka (heureuy/gurau) saja, mumpung sinyal internet sedang bagus for ji (4G)!
 Dan ini aku ngetik nya dari HP Lo.. HP gue (maksudnya) jadi tak bisa ku udat editin. Silahkan yang mau wisuda duluan saja! Saya mah di kampus masih betah!!! :-p

Ciseeng (sedang hujan, sepatu kebasahan), 08 Oktober 2019 M (muach!)



Selasa, 01 Oktober 2019

Uang


Bukannya Aku Tak Ada Uang ,Tapinya Aku Sedang Malas Meminjam Uang


Kala itu aku alhamdulillah sedang diberi nikmat Jum’atan dan sekarang walau agak lupa (banyak lupa sedikit ingatnya) sedikit ingat[1] Pesan khotib Jum’at yang tadi tanggal 20 September 2019 pasti harinya Jum’at!
Bahwa pak khotib pernah membaca kitab imam Ghazali yang berisi :
Nanti di akhirat pabila telah sudah kita semua orang alami yang namanya wafat[2] Orang itu dibagi 3 golongan. Tiga golongan ini yakni :
1.      Beruntung
2.      Selamat
3.      Celaka
Pabila kamu tak bisa jadi orang golongan nomer 1 yang beruntung maka minimal jadilah yang nomer 2 ! jadi yang selamat. Sedangkan imam ghazali memberikan 4 clue[3] orang-orang yang celaka yakni golongan orang nomer 3 pastinya. Satu-persatu dari ciri-cirinya yakni dibawah ini nih:
a.      Lupa akan dosa yang telah diperbuat
b.      Senantiasa mengingat-ingat kebaikan yang sudah lampau
c.       Mengurusi dunia hingga lupa akhirat
d.      Memutuskan tali persaudaraan (putus silaturahmi)
Wallahu’alam[4] tapinya.
Lalu khotib memaparkan ayat ini kalau tak salah,  firman Allah dalam Al-Qur’an, kurang lebih isinya yang sempat diingat :

Likulli ummatin Ajal
La yastaqdimu wa la yasta’khiru wa law saa’atin
Bagi setiap umat ada ajal, tidak bisa dimundurkan ataupun di percepat walau sedetik saja

Dan inipun yang dibawah sempat muncul di kepalaku yang dikejar deadline skripsi kala ini
Walikulli Mahasiswain Ajal”’

Khotib menceritakan sebuah cerita, tapi yang disini biarlah aku yang bercerita, maaf bila ceritanya beda! Maklum agak diVermak guna kepentingan penulis (pengetik) dalam menyampaikan maksud dan tujuannya yang tidak tertentu, kira-kira begini ceritanya :

Pada suatu hari, anak dari Tuan Umar pulang sekolah sambil menangis. Lalu sang ayah yang saat itu kebetulan sedang jadi pejabat segera menghampiri anak kesayanganya itu, seraya bertanya “Ada apaa sayang? Apa yang telah terjadi? Ceritakan pada ayah ! jangan menangis ah!”
Lalu anak tersebut menceritakan kronologis kejadiannya ”daddy begini ceritanya : waktu aku disekolah temen-temenku banyak yang menertawakanku, mengejeku, menghina dan mencerca kepada aku. Mereka bilang ‘masa anaknya pejabat bajunya tambalan semua?’ padahalkan gak semua ya Ayah, wong Cuma ada sepuluh tambalan saja! Dasar jancuk nih manusia, suka dilebih-lebihkan kalau ngehina! Ayah tau gak ? itu tuh kalo dalam pelajaran B.Indonesia namanya Majas Metafora Ayah! Pokonya aku gak mau tau , besok aku gak mau kesekolah kalau bajuku masih begini!!!’’
Lalu Tuan Umar menelpon bendahara negara untuk meminjam uang guna membelikan anaknya baju baru untuk dipakai ke sekolah
hallo ! hallo! Ooohhh belum diangkat.., hallo!
Naahh diangkat juga, Assalamu’alikum! Pak boleh minjem uang gak? Saya mau beli baju buat anak saya, kasihan bajunya tambalan semua, udah kayak ban dalem saja itu baju, saya mau pinjem sekitar 6 atau  8 dinar ya! Untuk pembayarannya biarlah gajih saya dipotong saja.”
Lalu jawaban yang diberikan bendahara tersebut adalah “ wa’alaykumussalaam ! sebelumnya mohon maaf wahay Tuan, bukannya saya tidak mau meminjamkan dinar ini, tapi apakah Tuan bisa menjamin Minggu depan ketika hutang belum terbayar Sayid masih hidup? Saya rasa tuan tak akan bisa menjamin deh, kalaupun terjadi semisal tuan meninggal dengan keadaan punya hutang , apakah sayid sanggup menanggung resikonya di akhirat?”
Tuan Umar tak menjawab apapun, beliau hanya terdiam dan langsung menangis, tak jadi niatnya meminjam uang. Beliau berkata “demi Allah yang bumi beserta isinya adalah miliknya, jangankan Minggu depan! Besok bahkan satu jam kedepanpun aku tak bisa menjamin apakah aku masih hidup atau sudah mati!”


ngicees, 20 Sept 2019 M (malam)



























Komentar dari 2 Netijen terpilih:

Netizen :” harusnya jangan minjem dong!, coba kalau minta, seperti Rhoma Irama di film Berkelananya, yang sekarang masuk koalisi Paslon Bowo Sandi! Dasar Cebong! Gara-gara Jokowi pula inimah!”
Netizen 2 :”Anaknya manja banget sih! Udah manja baperan lagi! Gak tau terimakasih! Pilih Jokowi makannya kalau mau dibantu dalam pendidikan! Dasar fans wowo! Genderwo!”



[1] Padahal kata pak Nanang “Mulailah ingat  dan akhiri Lupa! Hidup koperasi baru!
[2] Kematian / keisdeath-an
[3] Tanda-tanda / ciri-ciri , bisa pula “alamat” (tapi bukan alamat Ayu ting-ting ‘alamat pulsa eit, Palsu dong!)
[4] Hanya Allah yang lebih tahu


TADINYA KENAL

Ekhemmm ,.. itu suaraku yang agak haus karena air gallon di kamar sudah habis, mentang-mentang di bulan-bulan ini sedang terjadi kemarau yang berlangsung sangat lama eh Air di gallon juga ikut-ikutan surut.
Aku mencoba menulis entah itu puisi, sajak , atau apalah itu aku tak tahu tetapi inspirasinya kudapat dari obrolan pagi di wilayah dapur ada sekelompok bibi atau kalau di inggris dinamai Aunt yang bercerita akan masa-masa waktu mereka kecil dan berteman dengan orang-orang yang sekarang ketika sudah besarnya sudah bisa dibilang orang terpandang atau bisa dikata sukses kalau kata si Anu mah.
Nah, yang membuat diriku ini terkejut terheran-heran ketika mereka bilang “Waktu Kecilnya Dulu saya deket banget sama pak anu ataupun bu itu , sampai-sampai waktu Sekolah Dasar Saya mau disuruh mijitin, disuruh-suruh nulisin pelajaran yang harusnya dia yang nulis, main bareng dan kerja kelompok juga sama-sama, gak pernah sendiri-sendiri ataupun Em-Em (masing-masing). Anehnya sekarang setelah sudah pada tua bertemupun tak menyapa, entah lupa atau gimana ya? Padahal dulunya akrab banget sama bibi, bibi juga jadi gak enak mau nyapa duluan. Kalau ketemupun orang-orang itu malah memalingkan mukanya sehingga bibi sampai saat ini malu untuk menegur sapa, padahal mah pengen akrab kayak dulu, bukan karena kesuksesan mereka, cuman bibi mah ngerasa gak mau kayak yang gak pernah kenal aja, kan dulu satu sekolahan, satu kelas, bahkan pernah sebangku juga.” Kira-kira begitulah yang sempat kuingat, dan sejenak akupun termenung, jadi membayangkan bagaimana bila kejadian ini dialami oleh hamba? walaupun kejadian ini sudah hamba alami bahkan saat hamba Seusia SMA pun hamba sudah mengalami.dan  Hamba berada diposisi si Bibi sepertinya.
Dan sepintas pula dikepalaku terlintas kata-kata Tadinya Kenal..nal..nal.. (echo).  Langsung saja buru-buru, gerasa-gerusu, tergesa-gesa, BerGeCe[1] dan bersemangat ku segera ambil saja kertas kosong serta pena alias pulpen atau ballpoint atau pen atau Qolamun ! setelah kudapatkan semua , lalu kusimpan lagi dan mengambil laptop dan menyalakannya dan hati besarku berkata “mending nulis di computer ah.. biar kalau salah bisa dihapus, tulisannya bisa dihias dan bisa di save juga! Kalau nulis di kertas mah gak bisa disave ah! Kadang lupa naruh walaupun sudah bisa disave juga!” Lalu sebelum mati listrik (mati lampu dari PLN) tiba kulangsung saja menulis ini yang berdasar PKL[2] :

Hey sob ini Aku!
Yang waktu itu
Datang ke rumahmu
Berdiri depan pintu
Memanggil-manggil namamu
Kita berteman dari kecil
Bersahabat sampai lupa waktu
Satu desa
 sampai bersekolah di sekolah yang sama,
Seketika setelah lulus SD
Sekolah kita di tempat berlainan
Sedikit demi sedikit sapaan mulai jadi pelan
Sampai berada pada titik enggan
Aku malu untuk menyapa duluan
Sesekali inginku datang kerumahmu
Memanggil-manggil namamu
depan pintu layaknya dulu.
Tapi itu hanyalah sebatas keinginan
Yang tak pernah kupraktekan
!!!!!!!!!!!!!!!
Sama sekali
!!!!!!
Kawan di waktu kecil
Bila kufikir-fikir
Sangat banyak jasa-jasamu
Menghiasi masa kecilku
Dengan segudang warna dan warni
Yang senantiasa menghiasi
Dari hari ke hari
Hingga aku mulai merasa
Malu untuk sekedar hanya menyapa
Padahal,
Sedikitpun aku tak akan pernah dan tak mau lupa akan kisah kita yang penuh warna.

gneesic, 19-09-2019













[1] Bergerak Cepat bukan Berak Cepirit
[2] Pengalaman Kehidupandi Lapangan ;-(

Tips Tidur Dibawah Jam 10


SUSAH TIDUR
Suara Angin Menggonggong muncul seraya berhembus ataupun dihembuskan dari kipas angin berukuran mini, Malam ini, dikamar ini, sehabis ngopi, tidak di paste, bersama Saiful Hilmi, Awal Barizqi dan teman dari Saiful Hilmi yang pernah jadi pengajar bahasa inggris ( british maupun Americanish ) di Kediri di Kampung inggris katanya tapi Rumah aslinya ada di Cirebon ( perantau sejati ) dan sekarang sudah pada pergi ke tempatnya masing-masing. Lalu kulihat jam tangan digitalku menunjukan waktu pukul satu lebih empat puluh W.I.B ( Bogor), tak ada sama sekali kurasakan ngantuk, kira-kira apa yang sebenarnya membuat diri ini susah sekali untuk tidur dibawah jam sepuluh? Padahal baiknya aku bisa tidur dibawah jam sepuluh, karena besoknya aku harus kesekolah pagi-pagi sekali untuk sempat mengikuti apel pagi atau Upacara bendera merah putih di SMPI. Tapi tunggu dulu! Aku mulai teringat perbincangan di salah satu grup W.A (what apps) yang ada di H.Pku[1] dan rasanya harus kubagi walau ada sedikit improfisasi, bawasannya : Ada seseorang yang sering tidur diatas jam sepuluh malam dan ketika orang itu bangun paginya badan pada sakit, lalu dia meminta saran ke dokter bagaimana solusinya agar dia ketika bangun itu badannya tidak merasa sakit lagi, dokter pun menyarankan supaya orang tersebut mencoba tidur dibawah jam 8, eh eh eh setelah memperaktikan saran yang diberikan oleh dokter pada dirinya ,orang itupun keesokan harinya masih saja mengeluh[2] dikarenakan pas bangun tidur ia masih saja merasakan badannya masih saja pada sakit, dia bilang lah kedokternya itu, bilangnya : “Dokter ini gimana? Solusinya yang dianjurkan sudah saya lakukan, tapi kok masih saja badan saya sakit-sakit lagi?” lalu si dokter ini balik bertanya dengan sikap yang bijak ia berkata “memangnya anda memperaktekan solusi saya dengan cara bagaimana? Coba ceritakanlah dahulu, barangkali ada yang keliru wahai pasienku..!” lalu orang itu memaparkan kejadian kronologisnya yang tentunya di T.K.P[3]begini ceritanya wahai  dokterku!Malam itu sebelum saya paginya kedokter, saya tidur diatas jam sepuluh,lalu badan pada sakit pas bangunnya, besoknya atas saran yang diberikan oleh dokter saya nyoba tidur di atas jam delapan dan paginya masih saja pegal-pegal dan sakit-sakit badanku ini. Memang jamnya jadi sedikit , tapi tetap sakit dok!” Dokter merasa curiga dan balik lagi bertanya “jam sedikit maksudnya apa?’’ kemudian orang itu, orang yang tadi yang sebagai si pelanggan atau pasien ya? Mungkin bisa juga disebut pelanggan, soal’nya dia datang lagi-datang lagi sehingga menjadi Langganan begitu, ah pokoknya si pelanggan itu memaparkan lagi begini “Jamnya dok? Gini nih.. saya punya jam weker yang kecil-kecil itu yang ada alaramnya saya punya sepuluh, lalu saya tidur diatas jam itu, lalu kata dokter biar supaya agar untuk tidak merasakan sakit badan dipagiharinya, dokter menyuruh saya agar mencoba mengurangi jumlah jamnya jadi hanya delapan saja! Alhasil tetap saja dok, paginya badanku sama seperti kemarinnya, tetap sakit!” lalu kemudian dokter membuka jas putihnya dan lalu kemudian Adzan Dzuhur telah tiba alias berkumandang “Alhamdulilla..h!” ucap sang dokter sambil bergegas pergi ke masjid dan berkata pada orang tadi “yuk ah kita ke masjid dulu kita berwudlu, cuci muka biar segar , emosi amarah sayapun biar hilang dan habis wudlu kita sholat berjama’ah, habis berjama’ah kita daftar MMA atau UFC emhh Tinju juga boleh lah ya!’’Orang yang tadi (si pelanggan) malah heran dan berkata “iya dok siap!Tapimaaf dokter, sepertinya besok saya harus tidur diatas kasur deh, jangan diatas jam! Dokterpun hanya menyeringai bibirnya senyum dan agak berkaca-kaca dua bola matanya sambil memberikan hanya bahasa isyarat yakni, Cuma ngasih jempol[4].
Berbicara so’al rumah sakit , saya teringat tentang suster-susternya yang cantik dan berpenampilan menarik. Saya membayangkan ketika susternya cantik ,wangi / harum, baik, lemah lembut, berpenampilan menarik, bersedia dijadikan istri oleh Awal Barizqi ataupun Saiful Hilmi serta suka ngasih uang (bila ada) di rumah sakit itu, mungkin bisa membuat pasien betah, kalau pasiennya laki-laki seperti si Awal Barizqi atau Saiful Hilmi nih, misal yang tadinya skitnya sedikit Cuma keseleo sedikit tapi malah di lebih-lebihkan berharap sang suster yang cantik memanjakannya seraya Kiki[5] atau iip[6] berucap “suster cakiiiittttt!!!! Pengen di usaaaaappp !!! pengen di cuntiiiiik (suntik dalam bahasa manja), pengen mimiiii cama dicuapiiiinnnn!!! Sama di telaktiiiiiirrr mobiiiiilll”Rumah sakit untung, karenapasienpun betah walau susternya sepertinya jadi tidak betah gara-gara Kiki nih.
Tapi bila susternya gak cantik dalam kurung raut muka kurang enak dipandang, kasar sikapnya, bau busuk menyengat, suka kentut sembarangan, habis makan jengkol/petay tidak sikat gigi, habis berak (BAB)[7] tidak di siram, ngupil sembarangan dan upilnya diusapin ke pasien, ringan tangan (suka pukul-pukul pasien sembarangan dengan sekencang-kencangnya) dan banyak lagi yang lainnya, belum termasuk suka pakai sendal orang atau minjam barang orang tapi gak dibalikin lagi. Naahh kubayangkan jika susternya berwujud seperti itu keadaan pasiennya gimana ya? Sepertinya Kiki yang tadi ingin dimanja malah bertingkah kebalikan yang awal tadi, dia malah berucap “suster ampun suster! Saya gak jadi sakitnya! Saya sudah sembuh! Ini kaki saya yang patah gara-gara futsal sudah saya benerin sendiri suster ! suster silahkan istirahat saja! Saya bentar lagi mau pulang saja !alhamdulillah sudah agak mendingan!(padahal baru sampai ke rumah sakitnya juga).” Dan si suster yang tak enak dipandang tersebut nyengir sambil kelihatan ada warna merah di giginya, habis makan , itu cabe kayaknya. Dan kuberfikir mungkin adanya syarat seorang suster harus berpenampilan menarik itu merupakan trik pemasaran yang ada di rumah sakit, bukan hanya itu , tapi juga demi pelayanan yang mantap jiwa mungkin, kalau kata pak Budi Dalton (pengendali syaiton) insyaallah Varokah!.
Masih Ciseeng, Masih Kemarau,masih dini hari Senin., 16 September 2019 M

Aldi Rizaldi Muis
Dokter Hewan Qurban















[1] Hand Phone , punyaku  Android merek Evercoss  Ex-stream tipe s45 harga Rp750.000,- pertama kali beli Baru bukan second  pada waktu itu tgl 08 -08-2018 (tanggal  CANTIK!)
[2] Begitulah manusia, kalau mengeluh memamng sangat mahir dan antusias sekali, padahal sudah besar , cobalah belajar untuk menghadapi semua masalah dengan kemampuan yang dipunyai. Jangan suka lebay deh! Itu kata status Facebook teman facebook ku. Bukan teman instagramku  tapinya.
[3] Tempat Kejadian Praktikum eiit, Perkara dong!
[4] Maksudnya  Dokter mengacungkan jempol (ibu jari tangan bukan ibu jari kaki, so’alnya dokter sedang  pakai sepatu) dan bukan dicopot jarinya Cuma hanya mengacungkan saja.
[5] Panggilan atas nama  Awal Barizqi
[6] Sebutan atas nama Saiful Hilmi
[7] Buang air besar  (bukan) berbagi aib besar

Sedjarah Nama


SEKEDAR SEJARAH NAMAKU
Bismillahirrahmaanirrahiim
            Kuawali tulisan ini dengan memulai menulis Bismillahirrahmanirrahiim di tulisan dan kubaca juga dalam hati yang terdalam dan insyaallah demi mendapatkan keberkahan dariNya, “Nya” disini adalah Allah SWT tuhanku ,penciptaku,bosku, pengabul do’a-do’aku, pemberi segalanya yang ada padaku SEMUANYA termasuk yang ada padamu pula yang membaca tulisan ini yang tentunya pasti sudah lebih tau dibanding diriku yang nulis ini.
            Langsung saja Aku, saya , diriku ataupun gue ini sedang Memakai Nama Aldi Rizaldi Muis nama yang ini adalah pemberian dari Abahku feat ibuku, Abahku adalah ayah dari ibuku, beliau kakekku, saya manggilnya “Abah” bukan “kakek” ataupun “aki” karena kalau manggil “kakek” harus dua kali biar lengkap jadi “kakek-kakek” dan “Aki” pun begitu “aki-aki”. Kalo kata “abah” kurang cocok dipanggil duakali “abah-abah” tuh kan, gak enak ah! Ya kira-kira itulah penjelasan mengenai panggilan kakekku, kalau kepada Ayahku aku manggilnya “bapak” tapi huruf “K”nya gak pernah ku bawa ucap, selalu yang kuucap hanya “bapa” saja. Mau manggil “Aa” gak bisa, gak sopan! Masa ke Ayah sendiri panggil “Aa”?[1] Apalagi ke Abah , gak bisa! Dan gak mau ah!.
            Tadi jika dilihat/dibaca dari atas saya mengatakan atau menuliskan (padahal diketik) bahwa saya saat ini sedang memakai nama “Aldi Rizaldi Muis” karena akutuh namanya ada 3 bahkan bisa 7 atau 8-an lah kalau ditambah dengan nama E-mail maupun Akun Sosmed baik yang masih dipakai maupun tidak. Awalnya gue dikasih nama “Deni Maulidin” Deni dari Desember bulan kelahiran Masehi, dan Maulidin dari Bulan kelahiran Hijriyah serta Nama Bapakku pula Bpk.Maludin (menurut interpretasiku atau penafsiranku) nama DM (Deni Maulidin) diberikan oleh myMother sampai aku berumur 3 / 4 tahunan saja, karena katanya pas waktu itu di umur segitu aku bandel, tak sopan ,proaktif “teu daek ngajedog” (gak bisa diam) dan lain sebagainya yang pokoknya negative lah, karena waktu seumur sekian tersebut itu sering datang banyak tamu kerumahku dan tamunya itu kawan-kawan ayahku baik tamu yang berbentuk kerabat, tetangga, maupun yang dari kota teman ayah bekerja, juga bisa pula bosnya. Dan pada saat tamu datang dan mulai berbincang diruang dapur eit, diruang tamu dong! Yang diruang dapur biasanya kompor sumbu (karena belum pakai kompor gas waktu itu), panci, wajan, seeng, teko, bumbu-bumbu dan juga mamah (panggilan sayangku pada ibu sekaligus panggilan bila ingin jajan) mamah yang sedang menyiapkan aneka suguhan buat tamu mulai dari teh,kopi juga biasanya ada roti oleh-oleh dari bapakku yang bekerja di pabriknya (pabrik roti) biasanya jadi extra capek gara-gara ngurusin tamu dan aku yang berkelakuan kurang menyenangkan tak sopan maksudnya karena sedang ada tamu harusnya tak boleh mengganggu. Sampai disitu munculah rencana mengganti nama, awalnya gara-gara kelahiran adik perempuanku yang bernama “Triana Nursafitri” , aku mau diganti nama jadi “Trijaldi Muiz”. Ini true story[2], bukan ngarang ya! So’alnya ada sumbernya. Nah.. Ibuku tidak ujug-ujug kasih nama, beliau minta saran dulu ke abahku yakni ayah dari ibundaku terkait nama ananda (aku) , lalu abah memberi kesimpulan “Rizaldi Muiz” saja! Udah fix! “nama ini tidak terlalu berat baginya dan mudah-mudahan gak badung kalo udah dikasih nama ini!” kata abah, lalu “aamiin ya Allah!” kata ibu, sedang aku hanya diam saja karena waktu itu difikiranku hanya ada jajan kalau melihat keluarga sedang lengkap.
            Nah waktu aku akan masuk ke SD (sekolah duar )[3], aku diajak oleh Bapak kerumah wali kelas kelas 1 SD yaitu Bu Yani orang Sukadami yang cantik ,baik hati dan bukan laki-laki tentunya,[4]“pak kunaon teu ka sakola’an na?”[5] tanyaku pada myFather“kan keur libur ayeunamah keur pre(free mungkin) ,tos samen biasana pre!’’[6]jawab bapak. Lalu didalam ruang tamu bu Yani kami disuguhi air dan snack yang tidak kami cicipi karena malu-malu ih,bukan malu-malu in! “Siapa namanya? baru Mau masuk kelas 1 ? TK dulu gak?’’ tanya bu Yani pada Bapak, “Namanya Rizaldi Muiz, dipanggilnya Aldi, iya baru mau kelas 1 , tapi gak TK dulu gapapa kan? So’alnya insyaallah baca tulisan mah sudah bisa’’ jawaban bapak pada ibu (bu Yani) .Lalu disinilah mulai ada pergeseran nilai-nilai keaslian dari nama yang diberikan oleh Abah dan Mamah, walaupun tidak masuk TK[7] dulu. Segala puji benar-benar hanya bagi, untuk dan milik Allah SWT[8] saya sudah bisa membaca dan menulis walaupun tak banyak , berkat madrosatul ula (sekolah pertama) yang aku dapatkan dari keluarga. Baik dari bapak, kakak, abah, uwa dan tentunya ibuku tercinta , terkasih dan tersayang yang paling utama[9].adalah Aku membaca kertas yang ditulis oleh ibu Yani, tulisannya “Aldi Rizaldi Muis” dan dimasukan pula ke Absen sampai Raport hingga di Izasah SD, MTs, serta SMKku nama itu pula , sampai saat inipun Aku dikenalnya dengan nama tersebut. Tapi tak masalah, dan tak usah diperso’alkan ! teringat kata guruku tercinta, terbaik dan tersegalanya[10]“biarpun nasi sudah menjadi bubur, yang penting sekarang adalah bagaimana caranya agar kita bisa menyajikan bubur tersebut menjadi seindah dan seenak mungkin, supaya tetap bisa dinikmati, bahkan dijualpun Laku...laku...laku..!(echo effect)  kuharap namaku ini jadi keberkahan bagi pemakainya yaitu aku dan siapapun itu yang namanya sama, juga nama engkau semua yang membaca tulisan burukku ini[11]Aamiin! Semoga dikabulkan! Cuma saja aku merasa tak enak pada kedua orang yang berjasa telah susah payah mencarikan nama yang sepertinya cocok untuk diriku ini.
            Menurut sumber yang bisa dipercaya dan masih ada buktinya pula,Aku si yang diberinama Aldi Rizaldi Muis di Izasah ini dilahirkan di Kp. Krajan Desa Sukadami RT/W 012/004 Kota Purwakarta kecamatan Wanayasa kode Pos 41174 Pada Pagi-pagi sekitar pukul setengah tujuhandikamar ortuku[12]Hari senin tanggal 04 Bulan Desember bertahun 1995 M, oleh mamah tentunya. Mamah yang tak bisa kubalas jasanya walaupun dengan satu Bumi tambah dua planet Mars dan Jupiter untuk membayar jasa-jasanya tak kan pernah cukup dan tak kan pernah bisa terbalas atau terbayar. Kalau kata guruku lagi[13]walaupun sampai belut berbulu, Mamalia bertelur, bumi dan langit menyatu, matahari terbit dari kulon dan sampai Bumi dan isinya milikmupun kamu tak akan pernah bisa membayar atau membalas jasa-jasa yang telah kamu dapati dari orangtua dan guru-gurumu! Apalagi dari tuhanmu!”. Maka dari itu, sampai saat inipun aku Cuma bisa mengucapkan “TERIMAKASIH” pada Guru, Orangtua, keluarga (sanak family) dan seluruh teman-temanku yang amat banyak sekali jasa-jasanya yang kudapatkan serta ilmu-ilmu, bahkan pengetahuan-pengetahuan dari melalui pelbagai pengalaman baik menyenangkan maupun menjengkelkan. Sebab  Tak ada kata lain atau benda/barang apapun yang mampu kukasih atau kuberi pada pihak-pihak orang-orang berjasa itu semua, hanya ucapan TERIMAKASIH saja yang mampu ku berikan sampai saat ini, dengan rasa ikhlasdan sayang mereka padaku serta balasannya saya hanya bisa minta ke Allah saja, semoga Allahpun selalu menyayangi semuanya baik yang kenal padaku maupun tidak, khusus buat orang Indonesia. Umumnya untuk orang yang pernah dan sedang ada di dunia aamiin! Lhooo.. kok semuanya? Iya semuanya saja, karena aku tak mau ada benci meski sekecil debu ataupula bakteri , dan karena aku dari desa Sukadami yang bermakna Penyuka kedamaian bukan permusuhan.

Ciseeng, Bogor , 23:59 Malam minggu kemarau 14 September 2019 M
Aldi Rizaldi Muis
NIM:1516.1.005



























[1] Didalam bahasa sunda ‘Aa’ berarti ‘Kakak’ oke!
[2] Kisah nyata (bukan kisah nyate! Kalau kisah nyate biasanya iedul adha akumah)
[3] Sekolah dasar dong ah!
[4] Hehe dong J
[5] Pak kenapa gak kesekolahnnya?
[6] Kan sekarang  mah sedang libur nak habis kenaikan kelas habis dibagi raport  biasanya suka libur
[7] Taman  Kanak-anak , tempat sekolah sebelum masuk SD. Masuk TK  dulu biar apa? Gak tau ! so’alnya diri ini tak TK dulu, dan PAUD serta Playgroup didesaku belum ada waktu itu tahun  2002an
[8]Alhamdulillah! Alhamdulillah! Alhamdulillah! Tahdduts binni’mah
[9] Bahkan derajat ibu  lebih tiga  tingkat dibanding  Ayah, kata lagu Qasidah yang ngambil dari hadits nabi.
[10] Segalanya dalam hal positif!
[11] Buah  Jeruk , Buah Delima! Tulisan Buruk Jangan dihina!
[12] Orang tuaku dan adiku  bukan orang tuamu
[13] Semoga  semua guru-guruku beserta keluarganya  dirahmati oleh Allah senantiasa!